Monday, 16 November 2015

Apa ya Judulnya???????? Dikasih Judul Hikmah Aja wesss....

Cerita ini akan kuawali dengan sebuah cerita lucu atas keherananku dengan berita di 'buku penghubung' sekolah milik Furi, putri cantikku. Buku itu biasanya dituliskan bilamana ada berita yang harus disampaikan gurunya ke saya, atau sebaliknya. Yaaaa, saya sih selalu menitipkan pesan ke Furi juga, selain menuliskan di buku penghubung itu. Itung-itung ngajari Furi menyampaikan berita atau pesan. Nha, saat itu, di buku penghubung itu dituliskan bahwa Furi diikutkan lomba mewarnai, diminta orang tuanya mendampingi. Ahhhhhaaaaiiiiii!!!!!! Furi ikut lomba mewarnai?????? sebagai ibunya aku merasa kaget sekaligus merasa bersalah, bagaimana bisa aku tidak mengetahui perkembangan anakku yang dulunya dia mewarnai dengan teknik 'corat-coret', lalu sekarang sampai berkompeten sehingga sampai diikutkan lomba???? Kemana saja aku selama ini? Sudah lama juga aku tidak bermain 'corat-coret' dengan Furi sehingga aku tidak menyadari perkembangan kemampuannya? Sampai dengan hari H, akhirnya aku tahu. Eng Ing Eeeeeennnnnggggggg.... Ternyata Furi dikutkan lomba itu karena bila dia ikut lomba, 2 temannya yang pinter mewarnai itu mau ikut lomba juga. Yaaaaa, gak beda jauh dari 'emak'-nya ya, ikut Voli bukan karena bisa maen Voli, tapi sebagai pelengkap persyaratan supaya para pemain sebenarnya bisa main. Hmmmmmm, ya, sama persis. Dan benar saja, teman si cantik Furi yang satu Juara 3, yang satunya lagi Juara Harapan 2. Nha Furi??? Hmmm, bisa kutebak lah, kertasnya penuh dengan warna yang hehehehhehehehehehe, sesuai dengan pemikiran Furi, tapi tidak untuk pikiran orang lain. laut warnanya hijau, kapalnya berwarna orange, Spongebob berwana kuning campur hijau campur ungu. Patrick berwarna ungu tua celananya biru, tapi gak rapi, dan tetap dengan gaya corak rumput dan benang ruwet. Hahahahahahahahahaha..... Tapi yang penting dia seneng karena dapat Es Krim. Dan dia berhasil menyemangati teman-temannya sehingga sukses dan menang di lomba mewarnai tersebut. Kusebut dia sukses sekarang. Kayak Ibuknya, dapet Medali Emas di Pertandingan Volly untuk DIES NATALIS ITS Tahun 2015. Keren kan????(Nggaaaaaaaaakkkkkk.....)

Lalu cerita berlanjut di niat kami untuk silaturahmi ke rumah saudara sekaligus pulang kampung nemui mas Ghani, putra yang gantengnya nomor 1 itu, karena kami memang sudah kangen. Akan tetapi Allah menuliskan takdir lain untuk kami. ditengah perjalanan kami mengalami kecelakaan, aku jatuh dari kendaraan dan mengalami serangkaian cerita pilu, lucu, juga terharu. Ceritanya, di mojokerto itu saya jadi bertemu dengan orang-orang dipinggir jalan yang menolong saya sampai dengan ke petugas medis, ke sebuah klinik yang menolak kehadiran kami, walaupun melihat darah-darah di wajah mungil aziz digendonganku, sampai dengan bertemu oknum petugas medis yang masih belum beretika baik saat bekerja, di unit Gawat Darurat lho.... Perlu digaris bawahi, ini memang oknum, iya hanya oknum, karena aku yakin masih banyak oknum yang sudah bekerja optimal. Dengan posisi kerjanya yang yang (setahu saya) seharusnya bisa lebih serius, lebih optimal, karena (katanya) ada sumpah jabatan di posisinya yang saat dinas biasanya memakai baju putih itu. Kami sempat diabaikan tanpa perawatan sampai suami saya datang setelah tersesat entah kemana selama 2 jam itu karena salah komunikasi dengan pak becak yang membawaku dan aziz. Dan Betris, betris juga hilang entah kemana, Terakhir, dia digendong ibu-ibu pemilik warung dekat dengan lokasi saya kecelakaan. Si ibu melihat betris (alhamdulillah) tidak terluka. sedangkan aziz sangat parah, dengan wajah berdarah-darah, sehingga si ibu warung itu menggendong betris dan memintaku menggendong aziz dan menenangkannya. Nha setelah itu, singkat cerita, kami terpisah. Sam salah arah menuju ke selatan, aq ke utara, dan betris masih bersama si Ibuk warung yang akhirnya juga saya tidak tahu kemana.
Sesampainya saya di UGD rumah sakit, si pak becak ini kembali ke warung untuk mencari betris dan buk warung. dan berkat dihubungi si ibuk warung, akhirnya sam bisa menemukan kami.
Setelah sam datang, akhirnya saya dan aziz mendapatkan perawatan medis di UGD tersebut. Oh, Alhamdulillah.
Lalu aq menghubungi adekq supaya bisa menyampaikan ke keluarga di kampung dengan tidak lebay bahwa kami mengalami kecelakaan sehingga tidak jadi pulang. Lalu ternyata malah saya dijemput di Rumah sakit. Jadi dari Mojokerto aq cus pulang ke sidoarjo lagi. Gak jadi ke kertosono. Tapi walaupun sebentar sudah ketemu mas Ghani. Mas Ghani kayaknya kecewa, karena cuma ketemu sebentar. Mbak Furi juga kecewa gak jadi liburan di kertosono. Yah, aku mencoba mengkomunikasikan keadaan ini dengan bahasa mereka, bahasa anak-anak yang...... hmmmmmhhh, ternyata sulit. Alhamdulillah mereka mengerti. Furi mau diajak ke surabaya lagi, Mas Ghani juga bisa tersenyum lagi, dan berdoa supaya Ibuk dan dik Aziz lekas sembuh supaya bisa maen-maen di rumah kertosono.
Kudu nangis. Berharap kamu disampingku lagi setiap hari mas. Biar nggak kangen-kangenan luama gini.
Ini ceritaku hari ini. Dan hikmah yg bisa aku ambil adalah, masih ada orang baik. yang mau menolong dengan ikhlas, yang bisa mengerti, dan kalaupun ada yang bekerja belum optimal, itu adalah kealpaan yang memang itu adalah fitrah manusia.
Semoga senantiasa jadi orang baik. Aamiin

Tuesday, 11 August 2015

Kamu Yang berarti untukku

Tadi pas mau berangkat kerja disapa sama penjual jamu dan penjual Es kopyor di perempatan dekat rumah, sapaan biasa sih, hanya sekedar say hello gt, cuma biasanya aq yg nyapa duluan, eh hari ini mereka yg nyapa duluan, nha apalagi si bakul es ini (tampak) rodok enak dipandang, yaaaaaa not bad gt deh. Si ibu penjual jamu sudah berusia kurang lebih 50tahunan gt. Dengan gerobak kecil yg sudah hampir reot. Konon menurut cerita beliau-beliau (diwaktu sebelumnya) beliau adalah tulang punggung dan satu-satunya yg bekerja. Jadi berasa......
Tadi pagi juga maunya diajak "ngerumpi" sama tetangga pas mau jemur pakaian. Beliau ibu rumah tangga yg kesehariannya juga jualan didepan Sekolah Dasar terdekat. katanya: Itung-itung timbang nganggur mbak Dwi, disambi dodolan. karo mbantu pundhak'e bojo. (hitung-hitung daripada menganggur, sambil jualan bisa membantu beban suami dalam mencari nafkah). Saya suka dengan usaha beliau membantu suami, namun saya kurang suka dengan Hobi beliau yg suka ngerumpi (ngomongin orang, red.), apalagi (biasanya) yang diomongin tuh bagian jelek-jeleknya si Do'i. alhamdulillahnya aziz nangis, jadi ada alasan buat "melarikan diri" dari dosa ngerumpi pagi. Jadi berasa......
Terus sampai parkiran, disapa sama mas parkir, sekali lagi, hanya say Hello aja, tapi disini saya merasa ada (dihargai) diantara kesibukan beliau memberikan karcis parkir pada pengguna parkir. Jadi berasaaaa........
Pas perjalanan ke ruang kerja dari parkiran disapa Pak Rochimin, petugas kebersihan taman dan ruang kuliah pas sampai tangga. Beliau menceritakan apa-apa yg telah beliau dapatkan selama bekerja disini. Dan Tahun ini beliau diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai karena usia sudah 56 tahun. pun pesangonnya (kunilai) sangat tidak manusiawi dan sangat tidak sebanding dengan beratnya pekerjaan beliau sehari-hari. Dari semua ceritanya sangat terasa siratan syukur atas segala nikmat (yg bahkan kurasa) dalam kekurangan. Beliau yang walaupun masuk dalam kategori pegawai honorer yg tidak mendapatkan remunerasi, tapi beliau masih tetap totalitas dan sangat profesional dalam bekerja, pun dalam batasan kemampuannya sekalipun. Walaupun dia tahu, ya dapetnya ya segini-gini aja. Prinsip beliau, Allah akan memberinya dari jalan lain, kl tidak disini, tempat kerjanya ini. Disini rasa itu semakin kuat. Kuat sekali. Yaaa, aq adalah makhluk Allah yg sangat, sangat, sangat harus segera bertaubat.
Aq yang selalu melihat keatas untuk urusan sukses dunia (yang selalu dan selalu diukur dengan banyaknya materi yg terlihat tergenggam), aq yang (kurasa dan mungkin benar adanya) sangat kurang bersyukur atas nikmat 'gratis' dari Allah (yang banyaknya tak terhitung ini) hanya karena aq belum mempunyai hal-hal yg (kupikir) telah kuperjuangkan sekuat tenaga.
Yaa,.. sampai disini aq tersadar (nek gak sadar-sadar, tak kaplok ae ben ndang sadar), aq kurang mendekat, aq kurang berikhtiar, aq kurang berdoa, aq kurang tawakal, aq kurang, kurang dan kurang banyak bersyukur dibandingkan dengan nikmat Allah yg tiada batasnya, aq kurang (tindak) bertaubat atas segala 'grundelan' yang aq tujukan kepadaNya atas segala 'pemberian'Nya yang aq rasa kurang dan tidak sesuai dengan keinginanku,
Dan banyak lagi.
Heeeuuuhhhhh,
Ya, sampai disini aq harus mengucapkan Alhamdulillahirrobbil alamiin, dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada tetangga, kepada ibuku, kepada rekan kerjaku, yg (mungkin tanpa mereka sadari) mereka telah mengingatkanku untuk ingat kepadaNya.
Ya Allah, ampunilah mereka, dan masukkanlah mereka pada barisan orang-orang yang beruntung atas barokah dan rahmatMu. Aamiin.


Tulisan ini sebelumnya pernah aku tuliskan di akun FBku. Namun kurasa bisa ku tulis ulang disini yang mungkin bisa di baca lebih banyak orang lagi.
dan kutambahkan lagi komentar suamiku sebagai penambah syukurku, :"
nafas adalah kenikmatan tanpa batas dimasa hidup di dunia.......tapi sadarkah manusia dengan nikmat itu,dan masih banyak nikmat yang manusia ingkari".
Iya, benar, satu lagi yang harus kusyukuri, kenikmatan berupa kesempatan untuk mendampinginya sebagai istrinya, Ibu dari anak-anaknya. Sungguh nikmat yang luar biasa, dan sangat biasa kuingkari.
Terimaksih suamiku, untuk semuanya sejak kita bertemu.

Wednesday, 24 June 2015

My First Solo Hiking Trip


10-12 Juni 2015
          Keinginan buat solo hiking bermula dari beberapa blog solo hiking yang di share temen di facebook tahun lalu. Dari situ setiap kali aku  mendaki gunung, aku berusaha mandiri. Aku menjadikan diri sebagai orang yang mengatur rencana perjalanan, cari-cari info sejelas mungkin, jadi orang yang bawa perlengkapan kelompok, dan berusaha mengcover kebutuhan anggota tim pendakian saat itu. Sebagai contoh, akulah yang menyiapkan tas 75 literan buat nampung perlengkapanku, perlengkapan kelompok, dan perlengkapan cadangan bagi mereka yang baru pertama naik. Akulah yang bawa tas berisi konsumsi ketika summit attack.
Karena kami bukan berasal dari kelompok pecinta alam yang terlatih jadi aku berusaha mencari ilmunya sendiri, melatih diri sendiri. Berbekal internet dan tanya-tanya ke temen-temen pendaki dari pendakian sebelumnya, makin hari ilmu pendakian makin bertambah. Salah satu kunci yang diajarkan senior kampus adalah, setiap pendakian harus nambah kenalan baru, maka akan dapat cerita baru dan ilmu baru.
Solo Hiking pertama aku lakukan di gunung Arjuno 3339 MDPL dan Welirang 3156 MDPL. Pilihan ini dikarenakan aku pernah ke Arjuno pada november tahun 2013 dan pernah ke welirang pada 2014 dan April 2015. Semuanya melalui jalur yang sama, yakni Tretes. Kedua gunung ini jalurnya berpisah mulai pos 3 (Pondokan). Tiga kali melewati jalur Tretes membuat saya mulai hapal dan tahu di titik mana saya harus istirahat dan di titik mana saya harus memaksa diri. Beberapa jalur tikus yang dapat dilewati juga mulai kuketahui. Jadi saat mendaki sendirian kemarin, dari pos Tretes sampai Pondokan saya tempuh dalam 7 jam dengan 1 jam istirahat di pos 2 (Kokopan). Pada tiga perjalanan sebelumnya saya memerlukan waktu 2-4 jam lebih lama. Perbedaan waktu tempuh disebabkan anggota pendakian yang tidak terlatih. Benar kata orang, “kalau ingin pergi cepat pergilah sendiri, kalu ingin pergi jauh pergilah bersama-sama”.
Buat temen-temen yang ingin melakukan solo hiking, lakukan segala persiapan dengan baik. Persiapkan juga cadangannya, karena saat dimana hanya ada Anda, Tuhan dan alam ciptaanNya, saat itulah Anda harus benar-benar bisa diandalkan, minimal untuk diri Anda sendiri. (SM).
dari Puncak Ogal Agil, puncak gunung Arjuno

dari Puncak Ogal Agil, puncak gunung Arjuno

dari Puncak Ogal Agil, puncak gunung Arjuno

Dalam kesendirian Lembah Kidang

Selfie di Arjuno

Selfie di Welirang dengan latar banner favorit

Friday, 6 March 2015

Mendaki Merbabu Jalur Wekas, Februari 2015



Kamis, 18 Februari 2015
Jam 11 siang kami baru sampai dusun Kedakan, pos pendakian Merbabu jalur Wekas. Setelah mengurus perijinan di pos TPR dan repacking di basecamp Adi Putra, kami memulai pendakian jam 11.30.
Peta Merbabu Jalur Wekas di Basecamp Adi Putra
POS TPR
          Siang berpayung mendung menemani perjalanan ini. 10 menit berjalan santai kami sampai pada pos makam. Disana hujan turun melebat, mengharuskan kami memakai mantel. Disini kami bertemu sebagian rombongan dari Jogjakarta. Katanya, rombongannya berjumlah 52 orang. Dan seluruhnya cewek. Wow. Uniknya lagi, hanya beberapa yang pakai celana panjang. Lainnya pakai rok panjang, dan seluruhnya berjilbab. Baru kali ini kami bertemu rombongan hijabbers naik gunung. Biasanya cuma beberapa aja. Lah ini 52 hijabers. Karena mengaku dari Jogja dan seluruhnya hijabers, langsung aja kutanya “dari UII (Universitas Islam Indonesia) Mbak?”. “Bukan Mas, kami dari ampala”. Entah ampala atau apa gitu. Yang pasti setelah aku cek di google gak ketemu. Haha.
          Tak lama setelah makam, kami bertemu sebagian rombongan dari “ampala” tadi. Kali ini satu orang digendong tim SAR. Salah satu rekannya menjelaskan pada kami kalau yang digendong tadi adalah pendaki yang kedinginan dan kelelahan. Cukup ngeri untuk melanjutkan perjalanan setelah tahu ada yang sakit seperti itu. Namun aku dan teman-teman tetap nekat. Selama pendakian masih dibuka, berarti “aman” untuk pendaki.
            Sekitar 20 menit setelah bertemu seorang pendaki yang digendong tadi, kami bertemu lagi dengan yang lebih “seram”. Kali ini seorang pendaki ditandu oleh 6 anggota SAR. Dalam rintik hujan, dalam balutan sleeping bag dan alumunium foil, ditandu dengan kecepatan tinggi. Tim SAR tampak tergesa agar cepat sampai. “Biasa Mas, masuk angin. Mungkin hipotermia” kata salah satu anggota SAR sebelum kami berpisah.
            Masih dalam rintik hujan, kami meneruskan perjalanan. Sekitar pukul setengah 4 sore kami tiba di pos 2. Dengan hujan dan mendung yang masih memayung, kami memutuskan bermalam di pos 2, dan summit attack esok dinihari. Setelah masak, makan, dan bergosip ria, kami mulai tertidur sekitar jam 8 malam.
Kamis, 19 Februari 2015
            Masih jam 2 pagi. Diluar tenda sudah ada sudah ada Mas Ari, Bahrul, dan Mas Yonda yang masak mie dan bubur. Kami segera dibangunkan, makan, dan bersiap summit attack. Sayang kabut memeluk kami. Tak lama hujan datang. Kami beringsut pada tenda kembali dan melanjutkan tidur. Akhirnya kami berangkat ke puncak pada jam 7 pagi, setelah cuaca cukup cerah dan menyakinkan.
Sikembar Sumbing dan Sindoro, dipotret dari Merbabu
          Perjalanan ke puncak semakin menanjak dibandingkan dari bacecamp ke pos 2. Beberapa cabang jalan dibuat pendaki lain yang menghindari jalur licin. Namun pada beberapa bagian cukup menipu dan membuat saya balik kucing.
Dibelakang kami adalah jalur dari wekas. Disebelah kiri kami adalah jalur dari Cuntel dan Thekelan. Disebelah kanan kami adalah jalur menuju puncak.

Pos Batu Tulis / Tugu Perbatasan.
           Jam 9 pagi kami sampai di pos batu tulis. Disini terdapat tugu perbatasan. Disinilah pertemuan dari jalur wekas, cuntel dan thekelan bertemu. Disana cukup bagus untuk beristirahat dan membuka camilan pagi pengganjal perut. Sekitar 2 menit dibawah pos tugu tulis tersebut terdapat tempat camp yang cukup aman dari hempasan angin karena terletak di lereng dan pepohonan yang lebat. 10 menit santai dari tugu tulis tersebut ada tempat yang namanya pos helipad. Berupa punggungan gunung datar yang cukup lebar untuk pendaratan sebuah helikopter. Untuk menuju puncak, perjalanan harus mendaki beberapa punggungan gunung. Sekitar jam 10.30 kami sampai pada persimpangan antara menuju Puncak Syarif, Puncak Kenteng Songo dan Puncak Triangulasi. Untuk menuju Puncak Syarif diperlukan 10 menit ke arah kiri, dan 30 menit ke arah kanan unuk sampai puncak Kenteng Songo.
            Saat menuju puncak Kenteng songo, terdapat jalan tebing dengan panjang sekitar 3 meter dan tinggi 4 meter. Lebar jalannya seitar 40 centimeter. Cukup membuat orang berfikir untuk melaluinya, tapi masih merupakan jalur aman unuk dilewati. Sambil membawa carrier sekalipun.
Tebing yang cukup menyeramkan.
`Pada Puncak Kenteng Songo, terdapat Kenteng yang berupa batu berlubang untuk wadah air. Jumlahnya 9. Namun ketika aku hitung ada 4. Entah yang 5 dimana, kata seorang pendaki lain hanya orang “khusus” yang dapat melihatnya berjumlah 9.
Kenteng di Puncak Kenteng Songo
 
Mas Jos, Mas Yonda, Aku, Mas Ari, Bahrul, Mas Hamdan, dan Ayub






difoto dari Kenteng Songo
Tak jauh dari Kenteng Songo, sekitar 5 menit sampailah pada Puncak Triangulasi. Puncak terindah menurut beberapa pendaki. Namun aku tidak menyempatkan kesana karena menyibukkan diri pada Kenteng Songo yang menurut beberapa pendaki merupakan Puncak tertinggi dengan 3124mdpl. Antara Puncak Kenteng Songo dan Triangulasi terdapat jalur pendakian yang melalui jalur selo, Magelang. Di puncak kami disambut kabut dari arah selatan yang menutupi merapi.
Gunung Merapi, difoto dari Kenteng Songo