Tadi pas mau berangkat kerja disapa sama penjual jamu dan penjual Es
kopyor di perempatan dekat rumah, sapaan biasa sih, hanya sekedar say
hello gt, cuma biasanya aq yg nyapa duluan, eh hari ini mereka yg nyapa
duluan, nha apalagi si bakul es ini (tampak) rodok enak dipandang,
yaaaaaa not bad gt deh. Si ibu penjual jamu sudah berusia kurang lebih 50tahunan gt. Dengan gerobak kecil yg sudah hampir reot. Konon menurut cerita beliau-beliau (diwaktu sebelumnya) beliau adalah tulang punggung dan satu-satunya yg bekerja. Jadi berasa......
Tadi pagi juga maunya
diajak "ngerumpi" sama tetangga pas mau jemur pakaian. Beliau ibu rumah tangga yg kesehariannya juga jualan didepan Sekolah Dasar terdekat. katanya: Itung-itung timbang nganggur mbak Dwi, disambi dodolan. karo mbantu pundhak'e bojo. (hitung-hitung daripada menganggur, sambil jualan bisa membantu beban suami dalam mencari nafkah). Saya suka dengan usaha beliau membantu suami, namun saya kurang suka dengan Hobi beliau yg suka ngerumpi (ngomongin orang, red.), apalagi (biasanya) yang diomongin tuh bagian jelek-jeleknya si Do'i. alhamdulillahnya
aziz nangis, jadi ada alasan buat "melarikan diri" dari dosa ngerumpi pagi. Jadi berasa......
Terus sampai parkiran, disapa sama mas parkir, sekali lagi, hanya say Hello aja, tapi disini saya merasa ada (dihargai) diantara kesibukan beliau memberikan karcis parkir pada pengguna parkir. Jadi berasaaaa........
Pas perjalanan ke ruang kerja dari parkiran disapa Pak Rochimin,
petugas kebersihan taman dan ruang kuliah pas sampai tangga. Beliau
menceritakan apa-apa yg telah beliau dapatkan selama bekerja disini. Dan Tahun ini beliau diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai karena usia sudah 56 tahun. pun pesangonnya (kunilai) sangat tidak manusiawi dan sangat tidak sebanding dengan beratnya pekerjaan beliau sehari-hari. Dari semua ceritanya sangat terasa siratan syukur atas segala nikmat (yg
bahkan kurasa) dalam kekurangan. Beliau yang walaupun masuk dalam
kategori pegawai honorer yg tidak mendapatkan remunerasi, tapi beliau
masih tetap totalitas dan sangat profesional dalam bekerja, pun dalam
batasan kemampuannya sekalipun. Walaupun dia tahu, ya dapetnya ya
segini-gini aja. Prinsip beliau, Allah akan memberinya dari jalan lain, kl
tidak disini, tempat kerjanya ini. Disini rasa itu semakin kuat. Kuat
sekali. Yaaa, aq adalah makhluk Allah yg sangat, sangat, sangat harus
segera bertaubat.
Aq yang selalu melihat keatas untuk urusan sukses
dunia (yang selalu dan selalu diukur dengan banyaknya materi yg terlihat
tergenggam), aq yang (kurasa dan mungkin benar adanya) sangat kurang
bersyukur atas nikmat 'gratis' dari Allah (yang banyaknya tak terhitung
ini) hanya karena aq belum mempunyai hal-hal yg (kupikir) telah
kuperjuangkan sekuat tenaga.
Yaa,.. sampai disini aq tersadar (nek
gak sadar-sadar, tak kaplok ae ben ndang sadar), aq kurang mendekat, aq
kurang berikhtiar, aq kurang berdoa, aq kurang tawakal, aq kurang,
kurang dan kurang banyak bersyukur dibandingkan dengan nikmat Allah yg
tiada batasnya, aq kurang (tindak) bertaubat atas segala 'grundelan'
yang aq tujukan kepadaNya atas segala 'pemberian'Nya yang aq rasa kurang
dan tidak sesuai dengan keinginanku,
Dan banyak lagi.
Heeeuuuhhhhh,
Ya, sampai disini aq harus mengucapkan Alhamdulillahirrobbil alamiin, dan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada tetangga, kepada ibuku, kepada rekan kerjaku, yg
(mungkin tanpa mereka sadari) mereka telah mengingatkanku untuk ingat
kepadaNya.
Ya Allah, ampunilah mereka, dan masukkanlah mereka pada barisan orang-orang yang beruntung atas barokah dan rahmatMu. Aamiin.
Tulisan ini sebelumnya pernah aku tuliskan di akun FBku. Namun kurasa bisa ku tulis ulang disini yang mungkin bisa di baca lebih banyak orang lagi.
dan kutambahkan lagi komentar suamiku sebagai penambah syukurku, :" nafas
adalah kenikmatan tanpa batas dimasa hidup di dunia.......tapi sadarkah
manusia dengan nikmat itu,dan masih banyak nikmat yang manusia ingkari".
Iya, benar, satu lagi yang harus kusyukuri, kenikmatan berupa kesempatan untuk mendampinginya sebagai istrinya, Ibu dari anak-anaknya. Sungguh nikmat yang luar biasa, dan sangat biasa kuingkari.
Terimaksih suamiku, untuk semuanya sejak kita bertemu.