Friday, 18 January 2013

Menuju Mahameru, Atap Tertinggi Pulau Jawa



                Dingin langsung menyapa ketika mataku mulai terbuka. Kulihat kipas angin kecilku masih menyala. Segera kumatikan kipas itu untuk mengurangi dingin. Sesaat kemudian alarm HPku berdering. "Tumben aku bangun lebih dulu ketimbang alarmku", pikirku. Segera kulihat jam. 03.59. Bergegas aku ke kamar mandi. Membersihkan diri, dan mengusir sisa kantuk yang masih menyelimuti wajah.
***
                "Aan!! Sudah jam 5 tuh! Kamu gak telat tah? Katanya kumpul di kampus jam 5.30??" suara ibuku saat aku masih sibuk gak jelas di dalam kamar. Perjalanan rumahku ke kampus biasa kutempuh dalam 30 menit. Sekitar 15 km. Tapi kondisi jalan yang macet bisa menahanku sampai 1 jam lamanya ketika jam sibuk.
                "Iya Bu, sebentar". Aku segera keluar kamar. Dipundakku bergelayut daypack yang cukup besar, dua matras, dan sleeping bag. Rencananya aku dan teman-teman mau mendaki gunung mendaki gunung semeru, menuju puncak tertinggi pulau jawa, MAHAMERU.
                Aku segera salim pada bapak-ibu, mohon do'a restu atas perjalananku. Tak lupa mereka berpesan agar aku selalu berhati-hati, karena alam sulit ditebak. Pergerakannya alami, kadang membuat orang lupa diri. Kujawab pesan itu dengan senyum.
                "Assalamu'alaikum.."
                "Wa'alaikummussalam warahmatullah.."
                Kuputar gas motor dan segera berangkat. Teman-temanku sudah menunggu di kampus. Mereka menepati janji buat tepat waktu, tidak sepertiku yang meremehkan janji. "Semoga aku lekas berubah", gumamku. Kutersenyum dan memacu motor lebih cepat, berharap tidak terlalu lama mengingkari janji yang telah kusepakati.
***
                Jam HP menunjukkan angka 09.05. Bis yang kami tumpangi leluasa meluncur di tol surabaya gempol. Tadinya kami berencana pake motor sampe Tumpang, Malang. Tapi akhirnya diputuskan kami naik motor hanya sampai terminal Purabaya. Motor kami titipkan di rumah teman di sekitar terminal. Dengan naik Bis, kami bisa hemat tenaga. Selain itu juga membantu pemerintah dalam langkah penghematan energi.
                Matahari mulai congkak diatas sana saat kami tiba di terminal Arjosari, Malang. Dari terminal tersebut, perjalanan kami lanjutkan dengan lyn sampai Tumpang. Tumpang adalah nama kecamatan yang dulunya terkenal dengan Beras Tumpangnya. Selain itu, Tumpang adalah jalan akses dari malang ke Semeru dan Bromo. Dari Tumpang, perjalanan kami lanjutkan dengan Hardtop. Kendaraan menyerupai jeep yang disulap sedemikian rupa menjadi bak terbuka, sehingga bisa memuat penumpang lebih banyak. Selama perjalan menuju Ranu Pane, mulut kami tak hentinya bersyukur, atas ciptaan-Nya yang begitu indah. Sebelum Ashar kami telah sampai di desa Runupane, kecamatan Senduro, Lumajang. Kami beristirahat sejenak, mengisi perut, sholat, dan sebagian mengurus perizinan pendakian. Ohya, rombongan kami terdiri atas 17 orang. 15 orang temen jurusanku, Kimia ITS. sedang dua orang lainnya jurusan sebelah, Siskal ITS.
                Ranu Pane adalah desa tertinggi di Lumajang. Disana adalah pos pendakian pertama dan tempat terakhir yang  bisa dilalui kendaraan bermotor. Di Ranu Pane terdapat  Pos Pemeriksaan Pendaki Gunung. Fasilitas yang  ada berupa Pondok Pendaki, Pondok Penelitian, Pusat Informasi dan Kantor Resort, Wisma Cinta Alam, Wisma Tamu dan Bangunan Pengelola. Selain itu juga terdapat sebuah danau (dalam bahasa jawa disebut ranu) yang cukup indah.
Gerbang pendakian di pos Ranu Pane
                Sekitar jam 4 sore kami mulai meninggalkan pos Ranu Pane, menuju Ranu Kumbolo. Disini kekuatan fisik dan ketahanan hati diuji. Terutama aku dan beberapa teman yang masih pemula. Diantara 17 pendaki, 8 diantaranya adalah pemula. Dan 5 orang pemula itu adalah cewek. Dan sebelum hari keberangkatan tidak mau latian fisik pula. Lengkap sudah. Jadilah aku dan pemula lainnya yang memegang kendali. Ketika kami minta istirahat, rombongan berhenti. Ketika kami siap, semua berjalan lagi. Begitu seterusnya, hingga ketika asa diambang putusnya, ketika semangat mulai lepas dari pundak, ketika capek benar-benar mendera, jauh di depan sana terlihat kerlip bergantian. Semakin dekat semakin terlihat keindahannya. Samar-samar terlihat tenda-tenda pendaki lainnya. Ya, akhirnya rombongan kami sampai di Ranu Kumbolo. Jam tangan teman menunjukkan jam 10 malam. Lama amat perjalanannya?? maklum, pemula :D. Sampai Ranu Kumbolo kami segera menyiapkan tenda, mencari kayu bakar, dan menyiapkan makanan. Tapi saya keburu masuk alam mimpi sebelum makanan siap.
                Ranu Kumbolo adalah danau yang sangat indah. Kata teman, disanalah dahulu kala guru TK terinspirasi. Karena kalau beruntung, kami bisa nelihat matahari yang terbit dari lembah diantara dua bukit, persis pelajaran menggambar pemandangan yang diajarkan guru TK kita dulu. Tapi sayang, kami sedang tidak beruntung. Kami tidak dapat pemandangan itu. Mungkin lain waktu saya akan mencoba lagi. Sekitar jam 10 pagi kami melanjutkan perjalanan.
                Selepas Ranu Kumbolo terdapat tanjakan yang cukup terjal. Orang-orang menyebutnya tanjakan cinta. Tanjakan cinta adalah tanjakan yang memisahkan Ranu Kumbolo dengan Oro-oro Ombo, Sebuah padang rumput yang sangat luas. Konon ada mitos disitu. Siapa saja yang berhasil melalui tanjakan cinta sampai puncak bukit tanpa noleh kebelakang dan sambil mikirin kekasihnya, maka orang itu akan langgeng dengan kekasihnya. Dan hal sebaliknya akan terjadi bila orang tersebut noleh kebelakang. Percaya atau tidak silakan saja.  Tetapi saya menjalaninya. Bukan percaya pada mitos, hanya melakukan pembuktian :p.
                Setelah melalui Oro-oro Ombo kami beristirahat di Cemoro Kandang. Tak lama, kemudian kami lanjut berjalan. Perjalanan selepas Cemoro Kandang benar-benar menguji kesabaran. Tidak terjal sih, tapi menanjak dan jauhnya bukan kepalang. Setelah luamaaa, akhirnyajam 2 siang kami sampai di Kalimati. Pos terakhir pendakian sesuai perizinan yang kami lakukan di pos Ranu Pane kemarin. Perizinan pendakian gunung mahameru memang cuma sampai Kalimati. Segala resiko setelah pos Kalimati bukan tanggung jawab pengelola (sesuai perjanjian yang ditandatangani pendaki ketika melakukan perizinan).
                Kami menyiapkan logistik, mencari air, dan menyiapkan pendakian ke puncak Mahameru. Tepat tengah malam kami berangkat ke puncak. Barang-barang ditinggal di tenda. Yang kami bawa makanan energi (madu, coklat, susu cair), obat-obatan, dan air. Kebanyakan dari kami memakai baju berlapis, menghindari dingin yang menyerang. Dan, perjalanan menuju puncak mahameru yang sesungguhnya segera dimulai. :) (jrengjrengjreng...)

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Anda telah membaca dan berkomentar :)