Kamis, 18 Februari 2015
Jam 11
siang kami baru sampai dusun Kedakan, pos pendakian Merbabu jalur Wekas. Setelah
mengurus perijinan di pos TPR dan repacking di basecamp Adi Putra, kami memulai
pendakian jam 11.30.
Siang berpayung mendung menemani perjalanan ini. 10 menit berjalan
santai kami sampai pada pos makam. Disana hujan turun melebat, mengharuskan
kami memakai mantel. Disini kami bertemu sebagian rombongan dari Jogjakarta.
Katanya, rombongannya berjumlah 52 orang. Dan seluruhnya cewek. Wow. Uniknya
lagi, hanya beberapa yang pakai celana panjang. Lainnya pakai rok panjang, dan
seluruhnya berjilbab. Baru kali ini kami bertemu rombongan hijabbers naik
gunung. Biasanya cuma beberapa aja. Lah ini 52 hijabers. Karena mengaku dari
Jogja dan seluruhnya hijabers, langsung aja kutanya “dari UII (Universitas
Islam Indonesia) Mbak?”. “Bukan Mas, kami dari ampala”. Entah ampala atau apa
gitu. Yang pasti setelah aku cek di google gak ketemu. Haha.
Peta Merbabu Jalur Wekas di Basecamp Adi Putra |
POS TPR |
Tak
lama setelah makam, kami bertemu sebagian rombongan dari “ampala” tadi. Kali ini
satu orang digendong tim SAR. Salah satu rekannya menjelaskan pada kami kalau
yang digendong tadi adalah pendaki yang kedinginan dan kelelahan. Cukup ngeri
untuk melanjutkan perjalanan setelah tahu ada yang sakit seperti itu. Namun aku
dan teman-teman tetap nekat. Selama pendakian masih dibuka, berarti “aman” untuk
pendaki.
Sekitar
20 menit setelah bertemu seorang pendaki yang digendong tadi, kami bertemu lagi
dengan yang lebih “seram”. Kali ini seorang pendaki ditandu oleh 6 anggota SAR.
Dalam rintik hujan, dalam balutan sleeping
bag dan alumunium foil, ditandu
dengan kecepatan tinggi. Tim SAR tampak tergesa agar cepat sampai. “Biasa Mas,
masuk angin. Mungkin hipotermia” kata salah satu anggota SAR sebelum kami
berpisah.
Masih
dalam rintik hujan, kami meneruskan perjalanan. Sekitar pukul setengah 4 sore
kami tiba di pos 2. Dengan hujan dan mendung yang masih memayung, kami
memutuskan bermalam di pos 2, dan summit
attack esok dinihari. Setelah masak, makan, dan bergosip ria, kami mulai
tertidur sekitar jam 8 malam.
Kamis, 19 Februari 2015
Masih
jam 2 pagi. Diluar tenda sudah ada sudah ada Mas Ari, Bahrul, dan Mas Yonda yang
masak mie dan bubur. Kami segera dibangunkan, makan, dan bersiap summit attack. Sayang kabut memeluk
kami. Tak lama hujan datang. Kami beringsut pada tenda kembali dan melanjutkan
tidur. Akhirnya kami berangkat ke puncak pada jam 7 pagi, setelah cuaca cukup
cerah dan menyakinkan.
Sikembar Sumbing dan Sindoro, dipotret dari Merbabu |
Perjalanan
ke puncak semakin menanjak dibandingkan dari bacecamp ke pos 2. Beberapa cabang jalan dibuat pendaki lain yang
menghindari jalur licin. Namun pada beberapa bagian cukup menipu dan membuat
saya balik kucing.
Dibelakang kami adalah jalur dari wekas. Disebelah kiri kami adalah jalur dari Cuntel dan Thekelan. Disebelah kanan kami adalah jalur menuju puncak. |
Pos Batu Tulis / Tugu Perbatasan. |
Jam
9 pagi kami sampai di pos batu tulis. Disini terdapat tugu perbatasan. Disinilah
pertemuan dari jalur wekas, cuntel dan thekelan bertemu. Disana cukup bagus
untuk beristirahat dan membuka camilan pagi pengganjal perut. Sekitar 2 menit
dibawah pos tugu tulis tersebut terdapat tempat camp yang cukup aman dari
hempasan angin karena terletak di lereng dan pepohonan yang lebat. 10 menit
santai dari tugu tulis tersebut ada tempat yang namanya pos helipad. Berupa punggungan
gunung datar yang cukup lebar untuk pendaratan sebuah helikopter. Untuk menuju
puncak, perjalanan harus mendaki beberapa punggungan gunung. Sekitar jam 10.30
kami sampai pada persimpangan antara menuju Puncak Syarif, Puncak Kenteng Songo
dan Puncak Triangulasi. Untuk menuju Puncak Syarif diperlukan 10 menit ke arah
kiri, dan 30 menit ke arah kanan unuk sampai puncak Kenteng Songo.
Saat
menuju puncak Kenteng songo, terdapat jalan tebing dengan panjang sekitar 3
meter dan tinggi 4 meter. Lebar jalannya seitar 40 centimeter. Cukup membuat
orang berfikir untuk melaluinya, tapi masih merupakan jalur aman unuk dilewati.
Sambil membawa carrier sekalipun.
Tebing yang cukup menyeramkan. |
`Pada
Puncak Kenteng Songo, terdapat Kenteng yang berupa batu berlubang untuk wadah
air. Jumlahnya 9. Namun ketika aku hitung ada 4. Entah yang 5 dimana, kata
seorang pendaki lain hanya orang “khusus” yang dapat melihatnya berjumlah 9.
Kenteng di Puncak Kenteng Songo |
Mas Jos, Mas Yonda, Aku, Mas Ari, Bahrul, Mas Hamdan, dan Ayub |
difoto dari Kenteng Songo |
Tak jauh
dari Kenteng Songo, sekitar 5 menit sampailah pada Puncak Triangulasi. Puncak terindah
menurut beberapa pendaki. Namun aku tidak menyempatkan kesana karena
menyibukkan diri pada Kenteng Songo yang menurut beberapa pendaki merupakan
Puncak tertinggi dengan 3124mdpl. Antara Puncak Kenteng Songo dan Triangulasi
terdapat jalur pendakian yang melalui jalur selo, Magelang. Di puncak kami
disambut kabut dari arah selatan yang menutupi merapi.
Gunung Merapi, difoto dari Kenteng Songo |