Wednesday, 21 December 2016

Filosofi Wortel, Telur, dan Teh

Hadapi masalah dengan dewasa
Wortel, Telur, dan Teh. Ketika mereka dimasukkan kedalam air panas dan direbus sebentar akan berbeda hasilnya. Walaupun temperatur airnya, lamanya perebusan, banyaknya air dan dalam wadah yang sama. Wortel, yang sebelumnya tampak sangat kuat sebelumnya, setelah direbus dia jadi lembek dan mudah dihancurkan. Sedangkan Telur. Saat mentah, dia sangat rapuh. Ketika kulitnya dihancurkan, isinya akan rapuh, berhamburan kemana-mana. Namun setelah direbus kulitnya tetap kuat, dan isinya menjadi matang, semakin kuat dan tidak mudah hancur atau berhamburan kemana-mana. Lalu si Teh, Bentuknya tetap setelah direbus. Namun dia mampu mewarnai air yang memanasinya dan kadang mengeluarkan bau wangi yang sedap dan khas. Tanpa dia membalas untuk memanasi si air. (Ya tentu saja lah ya, wong airnya sudah panas. Ya gak perlu dipanasi lagi.)
Nha saat kita menghadapi suatu cobaan yg terasa panas, kita boleh memilih untuk menyikapi masalah tersebut sebagaimana filosofi diatas. Ingin bersikap seperti wortel yg menjadi rapuh, atau semakin matang seperti telur atau tidak membalas apapun hanya mewarnai masalah itu dengan indah dan memberikan bau wangi dan mengesankan dalam setiap kisahnya seperti halnya Teh.
Menjadi tua itu pasti, karena itu merupakan fase kehidupan. Namun menjadi dewasa itu adalah pilihan. Dan Hidup itu memang pilihan. Kita boleh memilih unuk dewasa atau hanya sekedar tua saja. Namun yang pasti, jadilah bahagia ya. Bilamana belum bahagia, tetaplah berusaha untuk menjadi bahagia.
#MenulisUntukDiriSendiriLebihBaik.
#Filososfi Wortel, Telur, dan Teh

Filososfi ini dari hasil membaca pada sebuah artikel, namun saya lupa dimana saya membacanya. Dari sebuah blog, majalah, atau apa sumber beritanya saya lupa. Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Anda telah membaca dan berkomentar :)