Friday, 4 July 2014

Menuju Puncak Arjuno

          Wah sudah jam 2 pagi! Kami segera berangkat menuju puncak. Sendirian di Lembah Kijang memang agak menyeramkan. Tempatnya yang berada di lembah dekat dengan sumber air bisa saja didatangi binatang yang mencari minum.
          Perjalanan malam di medan yang belum kami kenal cukup membangun adrenalin. Hanya ada jalan setapak dengan pita – pita kecil sebagai penunjuk bahwa jalan yang kami lewati menuju arah yang benar. Beberapa kali kehilangan petunjuk, kami sempat tersesat menuju jalan buntu. Segera kami putar balik dan mencari penunjuknya lagi. Sekitar satu jam, kami sampai di Pasar Dieng. Jangan tertipu dengan namanya. Ini bukan pasar seperti pada umumnya. Konon, Pasar Dieng adalah pasar dunia halus dan hanya orang-orang tertentu yang merasakan keramaiannya.
          Menghindari pikiran yang semakin memburuk, saya mengajak tim untuk bergegas melanjutkan perjalanan. Beruntung anggota tim tidak membaca tulisan Pasar Dieng tadi sehingga tidak ada yang ketakutan selain saya. Hoho.
          1 jam berikutnya kami sampai di persimpangan jalan menuju Welirang dan menuju Arjuno. Kami memilih jalur kiri karena mengarah ke Arjuno. Perjalan semakin seru. Karena melintasi semak bekas hujan, pakaian kami mulai basah. Inilah pendaki pemula. Tidak memiliki pakaian yang tidak menyerap air, sehingga baju kami basah menyerap air sisa-sisa hujan dan embun.
          Dinginnya angin shubuh yang mengenai pakaian basah membuat mental saya kendor. Berulang kali saya berniat turun dan kembali saja ke tenda dari ada mati konyol kedinginan didalam hutan. Namun entah kenapa teman-teman begitu ingin mencapai puncak. Dengan semangat teman-teman yang menjalar padaku, kami sampai di bukit pertama sekitar pukul 6:30. Masih ada 2 bukit lagi tapi cuaca memburuk kembali. Angin bertiup kencang dan menutup pandangan kami ke arah puncak. Angin kencang yang bertiup membawa air yang cukup banyak dan membuta baju kami semakin basah. Setelah menunggu 15 menit dan tidak kunjung membaik, saya memutuskan memaksa mereka turun saja. Kami segera turun dengan sedikit ragu dan kecewa, karena tadinya puncaknya sudah terlihat namun hilang ditelan kabut kencang.
          30 menit turun, kami melihat puncak kembali terang. Sempat galau beberapa saat, kami berunding kembali keatas atau tidak. Setelah berunding keras, kami memutuskan kembali keatas. Dari bukit pertama yang puncak aslinya sudah terlihat, ternyata perjalanan masih jauh. Kami segera bergegas menuju puncak sebelum semua semakin memburuk.
          Yeah! Kami sampai puncak pukul 9 lebih. Segera kami berfoto ditolong oleh rombongan lain yang melewati jalur pendakian Lawang dan Purwosari. Kami juga sempat mendapat jamuan berupa segelas kopi dari temen-temen IKAMI Sul-Sel.
          Setelah puas berfoto dan menghabiskan kopi panas (yang tidak terasa panasnya) kami memutuskan untuk turun.
          Begitu Alhamdulillah banget deh pokoknya :).



Ini nih IKAMI Sul-Sel yang ngasih kami kopi :)

Konon, di batu ini tempat Arjuna dulu bertapa




saya

Ayub, saya, Yurike, Duwi

duwi

yurike
Segarnya esteh di puncak gunung
ayub
aku gak paham ini apa, aku foto aja :D


2 comments:

Terimakasih Anda telah membaca dan berkomentar :)