Wah sudah jam 2 pagi! Kami segera
berangkat menuju puncak. Sendirian di Lembah Kijang memang agak menyeramkan. Tempatnya
yang berada di lembah dekat dengan sumber air bisa saja didatangi binatang yang
mencari minum.
Perjalanan malam di medan yang belum
kami kenal cukup membangun adrenalin. Hanya ada jalan setapak dengan pita –
pita kecil sebagai penunjuk bahwa jalan yang kami lewati menuju arah yang
benar. Beberapa kali kehilangan petunjuk, kami sempat tersesat menuju jalan
buntu. Segera kami putar balik dan mencari penunjuknya lagi. Sekitar satu jam,
kami sampai di Pasar Dieng. Jangan tertipu dengan namanya. Ini bukan pasar
seperti pada umumnya. Konon, Pasar Dieng adalah pasar dunia halus dan hanya orang-orang
tertentu yang merasakan keramaiannya.
Menghindari pikiran yang semakin
memburuk, saya mengajak tim untuk bergegas melanjutkan perjalanan. Beruntung anggota
tim tidak membaca tulisan Pasar Dieng tadi sehingga tidak ada yang ketakutan
selain saya. Hoho.
1 jam berikutnya kami sampai di
persimpangan jalan menuju Welirang dan menuju Arjuno. Kami memilih jalur kiri
karena mengarah ke Arjuno. Perjalan semakin seru. Karena melintasi semak bekas
hujan, pakaian kami mulai basah. Inilah pendaki pemula. Tidak memiliki pakaian
yang tidak menyerap air, sehingga baju kami basah menyerap air sisa-sisa hujan
dan embun.
Dinginnya angin shubuh yang mengenai
pakaian basah membuat mental saya kendor. Berulang kali saya berniat turun dan
kembali saja ke tenda dari ada mati konyol kedinginan didalam hutan. Namun entah
kenapa teman-teman begitu ingin mencapai puncak. Dengan semangat teman-teman
yang menjalar padaku, kami sampai di bukit pertama sekitar pukul 6:30. Masih ada
2 bukit lagi tapi cuaca memburuk kembali. Angin bertiup kencang dan menutup
pandangan kami ke arah puncak. Angin kencang yang bertiup membawa air yang
cukup banyak dan membuta baju kami semakin basah. Setelah menunggu 15 menit dan
tidak kunjung membaik, saya memutuskan memaksa mereka turun saja. Kami segera
turun dengan sedikit ragu dan kecewa, karena tadinya puncaknya sudah terlihat
namun hilang ditelan kabut kencang.
30 menit turun, kami melihat puncak
kembali terang. Sempat galau beberapa saat, kami berunding kembali keatas atau
tidak. Setelah berunding keras, kami memutuskan kembali keatas. Dari bukit
pertama yang puncak aslinya sudah terlihat, ternyata perjalanan masih jauh. Kami
segera bergegas menuju puncak sebelum semua semakin memburuk.
Yeah! Kami sampai puncak pukul 9
lebih. Segera kami berfoto ditolong oleh rombongan lain yang melewati jalur
pendakian Lawang dan Purwosari. Kami juga sempat mendapat jamuan berupa segelas
kopi dari temen-temen IKAMI Sul-Sel.
Setelah puas berfoto dan menghabiskan
kopi panas (yang tidak terasa panasnya) kami memutuskan untuk turun.
Begitu Alhamdulillah banget deh
pokoknya :).
Ini nih IKAMI Sul-Sel yang ngasih kami kopi :) |
Konon, di batu ini tempat Arjuna dulu bertapa |
saya |
Ayub, saya, Yurike, Duwi |
duwi |
yurike |
Segarnya esteh di puncak gunung |
ayub |
aku gak paham ini apa, aku foto aja :D |
bagus
ReplyDeleteTerimakasih :)
Deletetapi aku nyadar kalo belum cukup bagus kok, hehe